Bukit sekolah Mbinudita selain menjadi pemisah Mbinudita bagian timur dan barat, bukit tersebut juga menjadi semacam satu benteng pemisah daerah dengan sumber air melimpah dan daerah kering kerontang. Mengapa terbentuk kubu kering dan kubu air melimpah padahal masih di desa yang sama, yaitu Desa Persiapan Mbinudita?
Siang hari itu, seperti biasa untuk memeriksa perkembangan pembangunan sekolah, staff kawan baik Sumba berkunjung ke Desa Mbinudita. Saat itu sedang mengawasi proses pengangkatan batu pondasi ke area pembangunan sekolah. Ketika tiba di desa, tampaklah anak-anak yang penampilannya sangat lusuh dan lumayan kotor. Bukan hanya pakaiannya yang tidak bersih, namun wajahnya juga yang tampak bernoda serta rambut yang kusut kering melengkapi.
Setelah ditanyai ternyata air sangatlah sulit didapat didaerah tersebut dan sudah menjadi hal biasa ketika anak berhari-hari tidak mandi. Sangatlah sulit bagi mereka untuk mendapatkan akses air bersih, harus berjalan kaki melintas jalan berbatu dan pematang sawah untuk sampai di mata air yang jaraknya 1,5 kilometer dari kampung mereka. Selain berjalan kaki, terkadang mereka menunggangi kuda ataupun kerbau agar bisa membawa air dalam jerigen ke rumah.
Selama lebih dari lima tahun, sumber air di Kampung Padiratana adalah sumur sedalam 16 meter dan di Kampung Wondenu adalah sumur sedalam 32 meter yang sudah berumur belasan tahun, dimana keduanya merupakan sumur yang digali secara manual oleh warga setempat secara gotong royong. Kini, debit air yang naik sangat sedikit dan itu juga sudah sangat keruh bahkan terkadang berwarna hitam.
Selama bertahun-tahun warga Desa Mbinudita bagian timur ini mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih sementara itu di bagian barat desa air melimpah hingga mengairi sawah-sawah. Selain ketersediaan listrik, kemudahan dalam mengakses air bersih adalah keinginan warga Mbinudita.