Laindatang Water Connections Fase 4
Tanggal Rilis Proyek : 1 Nov 2024
Pemimpin Proyek : Alyuprayitno Umbu Makaborang (Kawan Ino)
Tipe Proyek : Proyek ini dilaksanakan oleh Yayasan Kawan Baik Indonesia atas nama mitra kami yang memberikan dana hibah untuk proyek ini.
Durasi : 3 bulan
Desa Laindatang terletak di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa ini berjarak sekitar 25 km dari kota Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur. Laindatang terdiri dari 1 RW dan 2 RT, dengan populasi 151 orang yang terbagi dalam 34 kepala keluarga di Dusun Laindatang, Desa Mbatakapidu.
Selama lebih dari dua setengah tahun, Fair Future Foundation telah aktif terlibat di Laindatang dan Hambarita—dua kampung terpencil yang belum memiliki akses air bersih, listrik, atau layanan kesehatan. Intervensi pertama dilakukan melalui program Zero Malaria, yang meliputi skrining pencegahan malaria, pengobatan, dan edukasi secara menyeluruh. Langkah berikutnya adalah inisiatif Water Connections, yang bertujuan membangun beberapa reservoir air berkapasitas 5.000 liter, serta fasilitas sanitasi dan cuci tangan di sekolah Laindatang untuk mendukung 78 anak.
KONDISI SAAT INI
Akses Air Bersih yang Terbatas
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat Laindatang menggunakan air hujan selama musim penghujan. Air hujan ini ditampung dalam reservoir, namun beberapa rumah belum memiliki reservoir, sehingga mereka mengandalkan wadah kecil yang ada untuk menampung air hujan. Saat musim kemarau, biasanya warga mengambil air dari Kulub (waduk buatan di cekungan batu) atau membeli air tangki dari perusahaan penyedia air.
Mengakses air tangki di Laindatang sangat menantang, baik di musim hujan maupun kemarau. Hanya sedikit perusahaan yang bersedia mengantarkan air ke daerah ini karena kondisi akses yang sulit. Sering kali, air tangki yang sampai di lokasi sudah tidak penuh lagi karena tumpah selama perjalanan yang berbatu ke Desa Laindatang.
Masalah
- Kurangnya Fasilitas Penampungan Air Bersih
Warga di Laindatang tidak memiliki fasilitas penampungan air bersih yang memadai. Akibatnya, mereka harus mengumpulkan air dengan jerigen dan berjalan kaki setiap hari ke mata air yang jauh untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. - Tidak Tersedianya Sistem Pemanenan Air Hujan sebagai Sumber Alternatif Air Bersih
Ketiadaan sistem pemanenan air hujan membatasi kemampuan warga untuk menabung air bersih. Sistem ini dapat menjadi sumber alternatif yang penting, terutama pada musim kemarau, sehingga dapat memastikan pasokan air bersih yang lebih stabil bagi rumah tangga.
Aksi Kami
Tangki Air Ferrocement dan Sistem Pemanenan Air Hujan
Proyek ini bertujuan untuk membangun tujuh tangki reservoir berbahan ferro-cement berkapasitas 5.000 liter, dilengkapi dengan sistem pemanenan air hujan yang dilengkapi penyaringan untuk memastikan air yang ditampung bersih dan aman untuk dikonsumsi. Sistem ini menyimpan air hujan yang sudah disaring sebagai sumber air, terutama selama kekurangan air di musim kemarau.
7 Unit, Tangki Penampungan Air Ferrocement 5.000 Liter
Ferrocement, sebagai inovasi teknologi yang efektif dengan bahan ekonomis dan proses kerja yang sederhana, menjadi solusi penyimpanan air di daerah pedesaan. Proyek ini juga melibatkan partisipasi warga untuk transfer pengetahuan demi keberlanjutan.
7 Unit, Sistem Pemanenan Air Hujan
Sistem pemanen air hujan yang dibuat dalam proyek ini adalah pemasangan talang air menggunakan pipa paralon berukuran 4 inci yang terhubung ke filter air yang mengalirkan air ke reservoir.
7 Unit, Sistem Penyaringan Air Hujan
Penyaringan air yang digunakan adalah teknologi sederhana atau terapan yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama memotong aliran air dan memasang filter dengan jaring untuk menyaring kotoran besar. Tahap kedua menyalurkan air ke pipa besar yang berisi bola pelampung yang menutup aliran ketika penuh. Tahap ini menahan debu, kemudian mengarahkan air bersih ke reservoir.